Masih ingat film Charlie’s Angel I?. Dalam salah satu adegannya dikisahkan 2 angel harus memasuki sebuah fasilitas dengan sistem keamanan yang canggih. Pintu ruangan tersebut hanya bisa dibuka setelah melakukan pemindaian mata dan telapak tangan dari dua orang yang memiliki akses. Teknik identifikasi seperti ini disebut teknik biometrik, yaitu teknik yang menggunakan ciri-ciri fisiologis dan sifat bawaan (behavioral traits) untuk mengenali atau membuktikan identitas seseorang.
Dalam kehidupan nyata teknik biometrik sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Salah satu yang paling banyak digunakan termasuk di Indonesia adalah identifikasi sidik jari. Pemindaian sidik jari dapat dilakukan secara elektronis (biasanya pada saat pembuatan SIM) dan disimpan dalam database sehingga memudahkan proses pengenalan identitas apabila diperlukan. Namun dalam perkembangannya beberapa alat pemindai sidik jari terbukti bisa dikelabui. Misalnya dengan penggunaan material plastik halus yang telah diberi cetakan sidik jari atau dengan cara yang radikal yaitu dengan ‘meminjam’ jari orang lain.
Keterbatasan sistem pemindai sidik jari tersebut telah membuat negara-negara maju mengembangkan teknik-teknik biometrik lain. Salah satunya adalah pemindaian selaput pelangi (iris) dan bentuk geometri tangan (hand geometry verification) seperti pada contoh film diatas. Teknik lain yang juga dikembangkan adalah pengenalan suara (speech recognition) dan pemindaian selaput jala (retinal scan).
Pemindaian Iris
Ide untuk menggunakan iris sebagai alat identifikasi telah dilontarkan pada tahun 1936 oleh seorang ahli syaraf mata, Frank Burch. Tahun 1980-an ide Burch ini diadopsi ke dalam salah satu film James Bond, namun masih dalam kerangka fiksi ilmiah. Pada tahun 1987, Alan Syafir dan Leonard Flom yang juga ahli syaraf mata mematenkan ide tersebut. Keduanya meminta John Daugman, seorang ahli matematika dari Universitas Cambridge untuk membuatkan algoritma yang khusus bagi sistem pemindaian iris. Algoritma yang kemudian dipatenkan Daugman pada tahun 1994 menjadi dasar dari seluruh sistem dan produk pemindaian iris yang digunakan sampai sekarang.
Keistimewaan Iris
Iris adalah organ internal yang dapat dilihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata. Iris berfungsi mengontrol jumlah cahaya yang memasuki mata. Pupil akan dibuat mengecil jika cahaya yang diterima mata terlalu banyak, dan akan membesar jika cahaya yang diterima terlalu sedikit. Iris tidak sama dengan retina yang berada pada bagian belakang mata.
Tidak ada satupun struktur iris yang sama. Tidak ada korelasi antara pola iris yang satu dengan yang lain meskipun pada saudara kembar, bahkan antara mata kanan dengan mata kiri seseorang. Jumlah informasi yang dapat diukur dalam satu iris lebih banyak dibanding jumlah informasi pada sidik jari, dengan keakuratan yang lebih baik dari tes DNA. Pola acak iris merupakan struktur yang tetap selama hidup sehingga iris dapat dijadikan paspor atau password hidup yang tidak merepotkan untuk dibawa atau diingat.
Cara Kerja
Teknik pemindaian iris merupakan gabungan dari penangkapan citra gambar, pengenalan pola/tekstur, penghitungan statistik, dan bidang optik. Orang yang akan menggunakan teknik ini cukup berdiri didepan kamera pemindai dengan jarak sekitar 5- 24 inci. Kamera akan memindai dengan prinsip yang menyerupai remote televisi sehingga sangat aman bagi mata. Program komputer di dalam alat pemindai kemudian melokalisasi lingkaran luar dan lingkaran dalam iris pada gambar mata yang tertangkap. Proses ini bertujuan untuk mengukur hanya bagian iris. Bulu mata, pantulan cahaya dan gangguan lain yang mungkin menutupi sebagian iris akan dideteksi dan diabaikan pada proses selanjutnya.
Algoritma ciptaan Daugman kemudian mengkode-kan pola iris melalui proses yang disebut demodulasi. Proses ini menghasilkan kode bertingkat berdasarkan rangkaian tekstur iris, mirip dengan rangkaian kode pada DNA. Demodulasi menggunakan fungsi yang disebut 2D Wavelets yang menghasilkan data yang kompak, dengan ukuran hanya 512 bytes namun berisi deskripsi lengkap dari pola iris. Hanya dalam waktu beberapa detik kode tersebut kemudian dicocokkan secara otomatis dengan jutaan kode iris dari database yang telah disimpan sebelumnya. Metode pencocokkan yang cepat dengan data yang tidak terbatas ini juga merupakan keunggulan dari teknik pemindaian iris.
Adakah cara untuk mengelabui sistem ini ?. Para peneliti mencoba mengetahuinya dengan menempatkan lensa kontak yang telah diberi cetakan iris buatan. Sistem ternyata dapat dengan mudah membedakan iris palsu tersebut. Beberapa terapi obat untuk glaukoma memberikan efek samping berupa perubahan pigmentasi pada iris. Hal ini pun ternyata tidak menjadi masalah bagi sistem pemindaian iris, karena kamera pemindai melakukan proses pencitraan satu warna (monokrom), sehingga perubahan warna dapat diabaikan. Teknik ini juga memasukan kontraksi pada iris sebagai salah satu parameter pengukuran, sehingga sistem dapat membedakan antara iris pada manusia hidup dengan iris pada manusia yang sudah mati. Kekurangan dari teknik pemindaian iris ini adalah mahalnya harga unit pemindai dan orang biasanya kurang nyaman apabila diperiksa atau dipindai pada bagian wajah.
Aplikasi
Teknik pemindaian iris dapat digunakan sebagai pengganti password untuk membentengi software PC dan jaringan. Untuk fasilitas umum seperti gedung perkantoran dan Bank, pemindaian iris dapat dijadikan sistem akses dan pengganti PIN untuk ATM. Bandara internasional yang sibuk dapat menggunakan teknik ini untuk identifikasi para penumpang. Dalam hal ini iris berfungsi sebagai pengganti paspor atau visa yang tidak bisa hilang dan tidak merepotkan untuk dibawa. Proses identifikasi pun bisa berlangsung jauh lebih cepat sehingga para penumpang terhindar dari antrian panjang yang tidak menyenangkan. Selain itu sistem pemindaian iris di bandara dan terminal transportasi lain juga dapat mencegah pemalsuan identitas.
Fasilitas yang pertama kali menggunakan teknik ini secara resmi adalah penjara daerah Lancester, Amerika Serikat. Penjara ini menggunakan pemindaian iris untuk mengidentifikasi para narapidana. Beberapa bandara internasional yang telah menggunakannya adalah bandara Charlotte/Douglas di North Carolina, Amerika Serikat, bandara Flaughafen di Frankfurt, Jerman, bandara Shipol Amsterdam, bahkan bandara Changi di Singapura. Bank Nation Wide Building Society di Inggris tercatat sebagai salah satu Bank yang telah mengganti nomor PIN untuk ATM dengan kode iris dari para nasabahnya.
oleh Rudi Haryanto
dimuat di Harian Pikiran Rakyat tanggal 14 Desember 2004
No comments:
Post a Comment