Bulan puasa baru saja berlalu dan lebaran pun datang menjelang. Bagaikan orang yang kesurupan kadang kita ingin membalas dendam. Makanan yang sudah disiapkan dari jauh hari sebelumnya pun disantap dengan penuh semangat. Mulai dari ketupat, opor, sayur cabe, sambel goreng hati, rendang, diselingi dan ditutup dengan minuman manis seperti sirup atau minuman bersoda. Waktu luang ketika beristirahat di hari yang Fitri pun tak luput dari cemilan aneka rupa dan beragam rasa. Sebut saja kue coklat, keju, nastar, kacang goreng, sampai ke ranginang dan kembang goyang. Semua seolah berebut ingin bersilaturahmi dengan lambung yang selama sebulan kesepian di siang hari.
Dalam Al-Qur'an dan Hadits disebutkan bahwa berbagai jenis penyakit diawali dari perut, dan segala sesuatu yang berlebihan itu tidak akan mendatangkan maslahat. Makanan yang datang dalam jumlah yang besar dan beraneka macam akan membuat organ-organ yang tergabung di dalam sistem pencernaan kaget. Jika proses adaptasi tidak keburu dilakukan oleh organ yang bersangkutan, maka ia tidak akan sempurna menjalankan tugasnya bahkan bisa menjadi luka karenanya. Akibatnya tentu sudah dapat diduga, penyakit-penyakit (biasanya penyakit perut) tinggal sebut saja namanya siap hadir ditengah perayaan kita.
Gula dan Lemak Berlebih
Adalah gula nama umumnya, zat yang terkandung di dalam penganan karbohidrat dan cemilan serta minuman yang manis-manis. Dalam jumlah yang normal zat ini akan dipecah menjadi gula yang lebih sederhana (biasanya glukosa atau fruktosa). Gula yang sederhana tersebut dibantu dengan hormon insulin cukup syarat untuk memasuki setiap sel dalam tubuh manusia, untuk kemudian dibakar oleh oksigen sebagai oleh-oleh yang dibawa darah dari sistem pernafasan. Pembakaran tersebut menghasilkan energi yang kita gunakan untuk keperluan hidup sehari-hari seperti bergerak, berbicara, mengunjungi keluarga, atau menulis artikel.
Masalah kemudian timbul ketika suplai gula datang dalam jumlah yang banyak sebagai hasil dari kebiasaan kita di hari lebaran. Maka tidak semua gula dapat dipecah dan tidak bisa terserap oleh sel tubuh. Pada orang-orang tertentu bisa saja hal ini dibarengi dengan kurangnya pasokan hormon insulin dalam tubuhnya sehingga gula tetap berada dalam darah dan tidak punya akses untuk masuk ke sel (itulah sebabnya dinamakan gula darah tinggi). Jadi bila darah diibaratkan sebagai angkot yang tugasnya menarik penumpang dan mengantarnya ke tempat tujuan, kavlingnya sudah diisi oleh barang yang seharusnya sudah diantarkan, dengan demikian darah pun tidak akan maksimal melakukan pekerjaannya. Bila alat transportasi dalam tubuh ini terganggu fungsinya, maka akibatnya akan merembet pada semua sel tubuh. Dalam beberapa kasus yang lebih parah kesalahan proses seperti ini bisa menimbulkan penyakit diabetes.
Pun ketika gula tersebut bisa dipecah namun tidak digunakan karena tubuh kita sedang bermalas-malasan dan tidak memerlukan banyak energi seperti yang sering kita lakukan diliburan panjang lebaran. Gula tersebut akan disimpan sebagai cadangan makanan dalam bentuk lemak. Lemak juga bisa didapat langsung dari jenis makanan bersantan dan berkadar lemak tinggi seperti goreng-gorengan pisang, bala-bala, gehu, dkk. Apalagi bila digabungkan dengan kebiasaan memanaskan makanan berulangkali seperti pada jenis "tumis haseum" yang akan mengubah minyak menjadi jenis lemak jenuh yang berbahaya.
Lemak bila dibakar dalam metabolisme tubuh akan menghasilkan energi lebih besar dibanding gula dalam takaran yang sama. masalahnya lemak ini adalah zat bandel yang sulit untuk dicerna dan lebih cenderung untuk diam tersimpan di dalam tubuh. Bila lemak tersimpan dibawah permukaan kulit, maka bagi yang berdiet selama bulan puasa akan sia-sia saja. Bila lemak tersimpan di saluran-saluran penting di dalam tubuh, maka akibatnya akan lebih gawat lagi. Ia bisa saja menyumbat saluran ke jantung (pembuluh koroner) yang akan menyebabkan penyakit jantung koroner. Atau ia hanya tersangkut diberbagai saluran lain dengan bentuk kolesterol dan mengganggu proses yang menggunakan jalur tersebut. Kolesterol juga bisa menjelma menjadi penghalang enzim untuk melakukan aktivitasnya. Lemak yang menyumbat saluran darah pun bisa mengakibatkan pembuluh yang semisal sungai akan berubah seperti selokan, alirannya akan menderas dan berujung pada hipertensi atau tekanan darah tinggi. Sulitnya lemak dipecah bisa juga menyebabkan sistem pencernaan menyerah dan membuang makanan sebelum dipecah secara sempurna. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab diare. Sebaliknya, penyumbatan pada usus besar yang disertai dengan penyerapan air secara terus menerus akan mengakibatkan sisa makanan terlalu lama disimpan di sana dan mengering sehingga sulit untuk dibuang. Proses inilah yang biasanya menyebabkan sembelit atau sulit buang air besar.
Kuman-kuman Ikut Berpesta
Tradisi lebaran biasanya meliputi proses silaturahmi dari rumah-ke rumah. Selain meminta maaf pada tetangga dan handai tolan kebiasaan ini juga bisa dijadikan ajang untuk menjajal jenis makanan yang berbeda di tiap rumah. Sebagai tuan rumah yang baik tentu saja hidangan penyambut tamu akan senantiasa tersaji dalam toples atau wadah lain yang terbuka dan siap santap. Sebagai tamu yang baik tentu saja tidak sopan bila menolak tawaran tuan rumah untuk mencicipi makanan kebanggaannya. Terdedahnya makanan tersebut dalam waktu yang lama dan banyaknya orang yang silih berganti datang merupakan kondisi yang bisa mendatangkan kuman penyakit. Kuman dalam wujud bakteri, virus, atau protozoa dapat dengan mudah mengkontaminasi makanan dan ikut masuk ke dalam sistem pencernaan kita.
Proses penyerapan makanan berlangsung di usus halus melalui jonjot-jonjot usus dan diakhiri dengan penyerapan air di usus besar. Pembusukan yang dilakukan dibantu oleh jenis bakteri yang baik hati bernama Escherichia coli (E. coli). Dalam jumlah normal dan tak ada gangguan bakteri ini membantu memfermentasi sisa makanan untuk menghasilkan produk yang masih bisa dimanfaatkan dan membuang sisanya dalam bentuk feses. Bakteri jahat yang terbawa melalui makanan bisa saja berkembang biak di dalam usus besar ini dan menghambat proses pertumbuhan E. coli. Fungsi yang dijalankan oleh bakteri baik inipun akan terhambat pula sehingga proses pembusukan tidak bisa dilakukan secara maksimal. Sisa makanan yang masih berbentuk cair akan langsung keluar sehingga terjadilah diare atau mencret.
Asupan Gizi dan Vitamin
Pencernaan makanan pada manusia dilakukan dengan dua cara yaitu secara mekanik dan secara kimiawi. Pencernaan secara mekanik hanya dilakukan pada saat kita mengunyah makanan dan selebihnya dilakukan secara kimia melalui bantuan enzim. Enzim-enzim ini dibuat dari protein dan hanya bisa bekerja dengan baik apabila menempel padanya gugus kofaktor berupa vitamin. Sayangnya vitamin yang dibutuhkan tidak banyak terdapat di dalam jenis makanan yang biasanya dihidangkan saat lebaran. Proses pemanasan ulang pun akan mengurangi nilai gizi yang dikandung oleh makanan tersebut. Kandungan serat sebenarnya akan sangat membantu mengatasi masalah pencernaan. Namun jarang dari kita yang mau menyantap sayuran hijau pada saat lebaran. Harapan kandungan serat mungkin hanya kita andalkan dari cabe hijau yang ada dalam sayur pendamping ketupat. Selain rendah nilai seratnya, cabe hijau juga memiliki pH rendah dan biji yang sulit dicerna, sehingga hanya akan menjadi penyebab lain dari penyakit diare.
Ritme Makan dan Kerja Lambung
Pola makan yang berubah drastis dari dua kali sehari kembali ke tiga kali seperti biasa juga menjadi penyebab utama dari banyaknya penderita sakit perut. Lambung adalah organ yang dilengkapi dengan asam lambung untuk pembunuh kuman dan enzim untuk memecah makanan. Ada sinyal khusus yang dipakai oleh lambung untuk mengeluarkan asam dan mengaktifkan enzim tersebut. Itulah makanya makanan pembuka seperti tazil bisa sangat membantu. Setelah itu barulah perut kita isi dengan makanan yang lebih berat. Yang terbaik adalah makan dalam jumlah sedikit meskipun dengan intensitas yang sedikit lebih tinggi, seperti ciri seorang muslim yang tidak akan makan sebelum lapar dan berhenti makan sesaat sebelum kenyang. Kebiasaan ini juga akan membuat lambung tidak kaget karena perubahan mendadak. Bila ditambah dengan makanan yang segar dan bergizi seperti sayur dan buah, Insya Allah lebaran kita tidak akan terganggu oleh penyakit apapun.oleh Rudi Haryanto
dimuat Harian Pikiran Rakyat Oktober 2007
thanks
ReplyDelete