Sunday, April 8, 2012

Al Batani, Pahlawan Penentu Bulan Ramadhan

Dalam penentuan datangnya bulan baru, di dalam kalender Islam diperlukan suatu tanda yang disebut sebagai hilal. Hilal ini sendiri adalah penampakan bulan dengan mata telanjang yang paling awal terlihat menghadap bumi setelah bulan mengalami konjungsi.
Begitu juga dengan datangnya bulan Ramadhan. Semua umat Islam di dunia membutuhkan tanda sebagai permulaan dimulainya bulan untuk berpuasa. Hilal-lah yang merupakan tanda dimulainya segala aktivitas di bulan puasa.
Adalah seorang yang bernama lengkap Muhammad Ibnu Jabir al Harrani al Batani tokoh berkontribusi sangat besar akan ditentukannya hilal ini. Al Batani, begitu ia dikenal, merupakan seorang ilmuwan muslim yang banyak melakukan penelitian di bidang Astronomi. Tak hanya itu, Al Batani juga merupakan seorang ahli Matematika yang cukup populer. Bidang Matematika yang dipelajarinya adalah pengukuran. Orang-orang barat lebih mengenalnya dengan nama Albategni, Albategnius, atau Albatenius.
Al Batani lahir di Kota Harran. Sebuah kota di wilayah Urfa yang saat ini merupakan kawasan di di negara Turki. Al Batani lahir pada tahun 858 Masehi. Pendidikan pertama beliau, diperoleh dari ayahnya Jabir Ibnu San’an Al Batani. Ayahnya juga sangat terkenal sebagai ilmuwan di masa itu.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Harran, Al Batani kemudian pindah ke Raqqa. Hal ini karena Al Batani mendapatkan beasiswa dari Bank Euphrates. Di abad ke-9, dia lalu pindah ke Samarra dan bekerja di sana. Di kota inilah berbagai temuan-temuan Al Batani yang terkenal dan fenomenal dilahirkan.
Jasa Al Batani terhadap kalender Islam sangatlah besar. Di sini, Al-Batani mengusulkan teori baru dalam menentukan kondisi terlihatnya bulan baru yang kita sebut sebagai hilal. Tak hanya itu, Al Batani juga berhasil mengubah sistem perhitungan sebelumnya yang membagi satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian (12 jam), dan setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam.
Sudut kemiringan bumi terhadap matahari saat berotasi juga ditemukan oleh Al Batani, yaitu sebesar 23o35’. Bahkan lamanya bumi berevolusi terhadap Matahari secara akurat mampu dihitung Al Batani sebanyak 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik.
Sejumlah karya Al Batani tentang astronomi terlahir dari buah pikirnya. Salah satu karyanya yang paling populer adalah al-Zij al-Sabi. Kitab ini banyak dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama beberapa abad. Di dalam buku ini ditulis berbagai penemuannya, seperti penentuan perkiraan awal bulan baru; perkiraan panjang matahari; koreksian hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu.
Di buku al-Zij al-Sabi juga Al-Battani mengembangkan metode untuk menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Tak heran, buku ini memiliki peran utama dalam merenovasi astronomi modern yang berkembang di Eropa. Tokoh-tokoh astronomi Eropa seperti Copernicus, Regiomantanus, Kepler, dan Peubach konon bisa berhasil dalam ilmu Astronomi berkat jasa Al Batani. Bahkan Copernicus dalam bukunya ‘De Revoltionibus Orbium Clestium’ mengaku berutang budi pada Al-Battani.
Sejumlah istilah-istilah dalam ilmu Astronomi banyak yang muncul pertama kali dari mulut Al Batani. Misalnya saja seperti azimuth, zenith, dan nadir.
Buku fenomenal lainnya karya Al-Batani banyak diterjemahkan negara-negara barat. Misalnya saja buku “De Scienta Stelarum De Numeris Stellarum”. Buku itu hingga sekarang masih disimpan di Vatikan, Roma, Italia. Buku ini kini diterjemahkan dalam berbagai Negara yang tersebar secara luas tak hanya di daratan Eropa saja, tetapi mencapai benua Amerika, Asia, Afrika, dan Australia.
Dalam bidang Matematika, Al Batani banyak berperan dalam hal trigonometri. Istilah, pengertian, dan sejumlah rumus sinus dan cotangent berhasil diuraikannya dengan sempurna, lengkap dengan tabel-tabelnya dalam bentuk derajat-derajat sudut.
Atas jasa-jasanya di bidang Astronomi, nama Al Batani dijadikan nama salah satu kawah yang ada di bulan. Nama kawah tersebut adalah kawah Albategnius. Al Batani meninggal dunia pada tahun 929 Masehi di Kota Qasr al Jiss, sebuah kota di wilayah Samarra. Konon, ia meninggal saat pulang dari Kota Baghdad.

oleh Rudi Haryanto
dimuat Harian Pikiran Rakyat September 2010

1 comment: